Terispirasi dari sebuah tulisan di sini, maka mengalirlaah semua pendapat gw tentang ibu pekerja. Dan tanpa niat menyinggung siapapun.
Bukan sekali dua kali gw sering dihinggapi oleh rasa bersalah gw sebagai seorang ibu dengan 2 anak yang tetap memilih bekerja diluar rumah. Bersalah karna meninggalkan anak dirumah dengan pengasuh (dulu) atau bersalah karena meninggalkan anak2 yang notebene masih balita di Daycare (sekarang)
Merasa bersalah karena tidak bisa sepenuhnya memantau perkembangan anak2 gw.
Perasaan bersalah itu semakin besar dengan maraknya sinisme terhadap "kaum" gw, kaum ibu2 yang memilih bekerja diluar rumah, meninggalkan anak2 mereka, mengenyampingkan tugas nya melayani suami.
diperparah dengan banyak nya postingan2 di medsos yang seakan membuat ibu2 pekerja khususnya gw, ngerasa bagai monster jahat yang ninggalin anak2 di rumah. Hiks!
Nyokap gw seorang ibu pekerja, berdedikasi tinggi terhadap apa yang beliau kerjakan. Tiap hari pergi kerja pagi sekali, pulang sudah gelap. Karna kebetulan beliau seorang guru, harus tiba di sekolah belum bel masuk, and ngajar di beberapa sekolah, yang kebetulan ada kelas siang nya, jadi sampai rumah, sudah menjelang Isya. Bokap juga sama, beliau guru juga, yang jam kerja nya ngga beda jauh sama nyokap gw.
Dari kecil gw sama kakak2 gw udah biasa mandiri, ga perlu diingetin untuk ngerjain PR, ga perlu di ingetin jadwal les ini itu, ga perlu juga dianter2 ke sekolah. Bahkan kalo ngambil raport, seringnya ngambil sendiri. Karna walikelas gw umumnya udah ngerti, nyokap gw guru juga, dan hari itu nyokap gw juga lagi bagiin raport di tempat beliau bekerja.
Daftar sekolah pun sendiri, kadang dibantu sama tetangga atau sama ibu guru gw. Percaya atau ngga.. sampai detik ini, sampai dengan tulisan ini gw buat, nyokap sama bokap gw ga pernah tau dimana lokasi Kampus gw. Mereka percaya sekali sama gw and kakak2 gw. Mereka percaya kalo gw sama kakak2 gw pasti kasih yang terbaik buat mereka.
Dengan kondisi orang tua yang sibuk bekerja, sedikit waktu buat gw, apakah terus gw jadi benci mereka? Ngga. Trus apakah bikin gw jadi anak2 yang kurang kasih sayang? Ngga. Atau menjadikan gw sama kakak2 gw, anak2 yang kurang aja sama mereka?? menurut gw, Ngga!
Gw liat nyokap gw menikmati perannya sebagai ibu di rumah, menikmati perannya sebagai orang yang bertanggung jawab mencerdaskan anak bangsa, menikmati perannya dititipkan oleh orang tua-orang tua yang juga mungkin sibuk bekerja seperti beliau. dan gw lihat, nyokap gw bahagia.
Belajar dari sana, gw tau resiko yang gw hadapi ketika memutuskan bekerja. Harus lebih powerfull dalam segala hal.
Allah maha tau, ketika memulai dengan niat baik, inshaAllah akan berjalan dengan baik juga. Aamin
Gw bekerja bukan semata2 mencari uang, walaupun itu ga bisa gw pungkiri juga.
Gw pernah bertanya sama salah seorang rekan kerja pria "Pak, koq bapak memperbolehkan istri bapak buat kerja di luar rumah?"
Jawab yang gw dapet sungguh diluar dugaan "Ini salah satu wujud bakti saya, kepada mertua saya"
Amazing... Rekan kerja gw memperbolehkan istrinya bekerja, karna yang dia tau, mertua nya menyekolahkan sang istri sampai tinggi, agar sang istri kelak bekerja, mandiri secara finansial. Dan rekan kerja gw itu ga mau mematahkan cita2 sang mertua, karna disitu lah menurut dia salah satu bentuk ke Non-egoisan dirinya sebagai suami dan bentuk baktinya terhadap mertua.
Alasan tiap ibu untuk memilih bekerja pasti berbeda2, dan gw ga mau ribed2 buat nelaah satu persatu. Yang gw tau, ketika mereka bahagia menjalankannya, yaaa lanjutkan. Ketika ngga bahagia, ya berenti. Make it Simple
Yang justru bikin gw sedih adalah pandangan orang2, atau justru pandangan kaum ibu lainnya, yang mungkin sudah memutuskan untuk membuat pilihan yang berbeda dari gw, menjadi "Seorang Ibu Seutuhnya" (gw gunakan bahasa yang sering dilontarkan di medsos"
Bukankah tiap orang punya hak untuk menentukan pilihan, bukan kan tiap orang punya cara nya masing2 untuk tetep menjadi "Ibu yang baik dan bahagia"
Bukankah kita hanya perlu memilih, tanpa perlu mengecilkan pilihan orang lain.
Bagi gw pribadi, gw bahagia ketika gw bekerja, gw bahagia ketika gw bersama suami dan anak2 gw, dan gw ga mau melepas semua kebahagian itu.
Ketika rekan yang sama2 sebagai seorang ibu pekerja, balik menganggap sinis mereka yg berdiam dirumah dengan kata2 "aaah mereka kan ngomong gitu, buat menguatkan ajaa.. bahwa pilihan mereka adalah yang terbaik"
Gw cuma bisa menjawab "Say, tiap orang punya caranya masing2 buat mencapai cita2 nya menjadi ibu yang baik, kita juga gitu kaan?? jadi ga usah di bikin ribed deh"
Mungkin gw ga bisa seperti mereka yang full mengurus rumah, suami dan anak2. Tapi mereka juga belum tentu juga bisa seperti gw si ibu pekerja.
Sooo.. Ketika gw merasa bahagia, maka akan gw lanjutkan ^ ^
Dan dengan bangga akan gw katakan "Iya, gw adalah ibu yang bekerja di luar rumah, dan gw akan tetap menjadi ibu yang baik buat anak2 gw"
Meniru dari postingan seorang ibu, dengan bangga gw tuliskan,
"Gw, Ibu bekerja selama 10 thn sampai dengan sekarang.
Dan selama nya Ibu bagi Naqiya dan Qaysar"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar